BACALAH DENGAN NAMA TUHANMU

Merajut Asa Dari Timur Indonesia



Merajut Asa Dari Timur Indonesia
                                                           Oleh : Yuristika Febriyanti


            SMPN 10 Ruteng merupakan sekolah yang berdiri pada tahun 2014, lebih tepatnya diresmikan pada 28 Februari 2015. Anggaran pembangunan sekolah dibantu oleh Kemitraan Pendidikan Australia Indonesia (Australia Aid) sejumlah Rp 2.220.410,00 untuk biaya pembangunan sekolah. SMPN 10 Ruteng terletak di desa Rai, kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Letak  SMPN 10 Ruteng sangatlah strategis, karena berada di daerah kecamatan. Meskipun sekolah ini baru saja didirikan, namun jumlah siswa angkatan pertama mencapai 109 siswa, dan dibagi menjadi 3 kelas.
            Semangat siswa untuk memperoleh ilmu sangatlah antusias. Mereka berlatar sosial ekonomi yang berbeda, namun tujuan mereka sama yakni mendapatkan ilmu untuk kehidupan mereka yang lebih baik lagi. Sungguh disayangkan, ketika semangat siswa tidak sejalan dengan niat dan komitmen guru dalam mengajar.
            Mereka sangat mengagungkan profesi guru, hal itulah yang dapat saya petik dari perlakuan mereka terhadap saya dan rekan-rekan PPG lainnya. Di tengah anggapanku tentang perlakuan siswa terhadap guru, di sisi lain banyak guru yang mengatakan bahwa siswa di sana tidaklah sunguh-sungguh dalam belajar, namun semua itu terbantahkan ketika saya telah menyatu dengan mereka dalam kegiatan belajar mengajar. Ternyata kunci atas segala keluhan guru selama ini terletak pada “Berilah Kepercayaan Kepada Diri Mereka”, jangan sekali-kali menganggap remeh kemampuan dan semangat mereka karena hal itu dapat menghancurkan segalanya.
Berbicara tentang pembelajaran, Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan kompetensi yang saya miliki. Begitupun di SMPN 10 Ruteng, saya berkesempatan mengajar bahasa Indonesia. Selama saya mengajar siswa sangatlah antusias dalam menerima dan mengerjakan tugas, baik itu menulis cerita, berpuisi, berdrama, bercerita, dll.. Saya berusaha mengemas pembelajaran bahasa Indonsia semenarik mungkin, salah satu pilihan yakni mengajarkan beberapa materi, khususnya apresiasi di luar kelas (out door). Ternyata hal ini sangat membantu siswa dalam mengungkapkan kekreatifitasan mereka, mereka menyatu dengan alam.
Kabupaten Manggarai dikenal sebagai daerah yang memiliki beragam budaya dan sastra lisan, selain itu masyarakat Manggarai juga masih mempertahankan berbagai macam upacara adat dalam setiap kegiatan. Hal ini sebenarnya dapat menambah wawasan siswa, khususnya dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, melalui kekayaan budaya lokal. Sungguh miris ketika sumberdaya itu ternyata hanya menjadi rutinitas mereka, tanpa mereka ketahui makna dan nilai yang terdapat di dalamnya. Mitos, legenda, mantra bukanlah hal asing dalam lingkungan mereka, karena hal tersebut telah membudaya. Sebagai pendidik, khususnya guru bahasa dan Sastra Indonesia, diharapkan mampu memanfaatkan kekayaan ini sebagai bahan belajar. Mengingat di daerah penempatan masih minim dengan buku referensi, buku teks, dan sumber belajar lainnya. Menyerahkan beberapa buku yang sempat saya bawa, dapat membantu dahaga mereka terhadap buku bacaan. Antusias mereka sangatlah spektakuler ketika ingin bergantian membaca. Karena saya sangat yakin keterbatasan  bukan suatu alasan dalam pembelajaran. Guru sebagai kreator dituntut untuk mampu menciptakan suasana menyenangkan dan kondusif dalam pembelajaran.


Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "Merajut Asa Dari Timur Indonesia"

Posting Komentar