Bila pengabdian diri merupakan
perjalanan sebuah rasa. Maka setiap jalan yang berkelok, jalan yang lurus,
jalan yang menurun, dan jalan yang terjal akan terasa sempurna sekali.
Segala bentuk dan segala warna dari perjalanan rasa itu akan terasa nikmat,
bila dilandasi dengan keikhlasan. Begitu pula dalam mengabdikan diri di sebuah
pulau paling Utara Sulawesi.Kesempurnaan dari perjalanan dapat ditemui dan dinikmatinya
sepanjang masa, sepanjang kita dapat mengenangnya. Sehingga segala yang
terserap dan tercecap dalam diri dapat dibagi dan digali demi sebuah nama
kemanusiaan. Pernyataan tersebut bukanlah berlebihan, namun jiwa yang penuh
cahaya akan mengerti dan menghargai betapa kehidupan penuh dengan kesempurnaan.
Bukan dari sesuatu yang mewah, tapi justru dari sebuah kesederhanan manusia dan
daerahnya.Inilah jamrud khatulistiwa yang sebenarnya sangat istimewa.Dari
segala kesederhanaan itu keistimewaan pengalaman dapat diserapnya menjadi
sesuatu yang indah.
Salah satu kesederhanan yang
istimewa itu dapat ditemui di daerah penugasan.Dari sanalah pelajaran hidup
yang penuh nilai, penuh kesan dan pesan kemanusian dapat diserap.Tentunya
perjalanan sebagai pendidik itu tidak dapat terhindar dari berbagai
permasalahan yang harus dihadapi.Serta harus diselesaikan secara dewasa dan
profesional sebagaimana jiwa pendidik.Namun berbagai persoalan itu bukan
persoalan yang datang dari sekolah saja. Tetapi berbagai persoalan akan datang
dari luar tanggung jawab di sekolah. Persoalan-persoalan tersebut akan hadir
dengan sendirinya di luar jam sebagai pendidik. Pastinya permasalahan yang ada
dalam kehidupan bermasyarakat.Dimana sebagai pendatang dituntut untuk dapat
beradaptasi dan bersosial dengan lingkungan setempat.Seperti masalah adat
istiadat, budaya, dan kepercayaan.Namun dari perbedaan-perbedaan itulah diri
penulis belajar banyak.Tentang segala hal yang ada di tempat penugasan.Baik itu
mengenai budaya maupun mengenai pendidikan.
Pengalaman-pengalaman itu
layaknya sebuah lembaran buku yang sangat tebal. Semakin tebal pengalaman itu
dibaca, pengetahuan kehidupan akan semakin kaya. Terutama pengetahuan dalam
kehidupan pendidikan dan kehidupan bermasyarakat.Seperti juga penulis yang
ditempatkan di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal mendapatkan banyak
pengetahuan yang sangat berharga.Tepatnya di desa Ensem, kecamatan Essang
selatan, kabupaten Kepulauan Talaud.Di pulau kecil inilah penulis melaksanakan
tugasnya sebagai guru.Yaitu di SDK PETRA ENSEM.Tapi di luar sebagai pendidik,
tuntutan sosial sudah tentu menjadi tanggung jawab yang mesti dijalani.Salah
satunya harus mampu beradaptasi dan bersosial dengan lingkungan sekitarnya.Baik
dengan para warga maupun dengan para siswa.Sehingga itu menjadi sangat berkesan
dan berharga bagi perjalaan penulis yang bertugas selama satu tahun.
Waktu yang tidak lama itu
sebenarnya tidak cukup untuk mengetahui segala budaya di pulau Talaud. Pulau
yang memiliki sebutan “ Tanah Porodisa “ ini paling tidak sudah memberikan
pengalaman istimewa yang tidak mungkin dilupakan sepanjang hidup. Hal itu
tentu tidak akan ditemukan di bangku kelas. Terutama pengalaman sebagai
pendidik yang memiliki tanggung jawab besar.Baik itu di sekolah maupun di luar sekolah.Karena
tanggung jawab tidak seperti lencana yang dapat dilepas begitu saja setelah
pulang dari sekolah. Tanggung jawab itu akan selalu melekat pada diri pendidik
dimanapun berada.
Maka dari itu memegang tanggung
jawab sebagai guru atau pendidik bukanlah persoalan yang mudah.Kemanapun
seorang pendidik harus dapat menjadi contoh atau model bagi siswanya.Serta
menjadi teladan bagi masyarakat umum.Terutama saat bertugas di daerah yang
kehidupannya masih kental dengan kearifan lokal.Masih menjunjung tinggi
nilai-nilai luhur dari leluhurnya. Sedikit kesalahan saja akan menjadi aib di
sepanjang waktu. Itulah salah satu sanksi moral yang menjadi konsekuensinya.
Hal itu menjadi beban moral bagi
seorang guru.Karena dalam pandangan masyarakat daerah seorang guru dianggap
sebagai individu luhur, intelektual, dan berintegrasi.Dari situlah seorang guru
dituntut untuk lebih progresif dan lebih maju dalam bidang ilmu pengetahuan.
Walaupun pada kenyataannya seorang guru sama seperti masyarakat umumnya,
memiliki kekurangan dan kelebihannya sebagai manusia. Maka dari itu seorang
guru harus terus belajar.Harus terus berusaha memberikan yang terbaik.Sebab
tanggung jawab guru tidak hanya di sekolah. Namun juga memiliki tanggung
jawab di luar sekolah.Yaitu, memberikan kontribusi bagi kemajuan suatu daerah
dalam membentuk karakter manusianya.
Sebagai figur yang memikul
tanggung jawab cukup besar.Seorang guru mesti berhati-hati dalam bersikap dan
bertindak.Apalagi daerah yang ditempati merupakan daerah yang masih memegang
teguh adat istiadatnya.Jadi seorang guru mesti cerdas dalam bersikap dan
bertindak.Harus mampu menghadapi persoalan-persoalan yang datang dari dalam
maupun dari luar sekolah.Harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
setempat.Sebaliknya jika seorang guru tidak mampu menghadapi berbagai persoalan
dan tidak dapat memberikan contoh yang baik, seorang guru harus siap menerima
konsekuensinya. Pastinya sanksi moral akan diterimanya. Apalagi menjadi seorang
guru tamu dianggap dan diisukan memiliki kompetensi dan keintelektualan yang
lebih baik dibandingkan guru setempat.Itulah yang menjadi beban berat bagi para
peserta SM-3T.
Tapi persoalan-persoalan tersebut tidak harus
menjadi beban yang menakutkan.Justru dari persoalan-persoalan itu seorang guru
dapat mengambil pelajaran.Menghadapinya dengan berani.Menyelesaikannya dengan
penuh kesabaran dan kejujuran.Kalaupun masih ada yang memberikan stigma atau
kekurangan dalam mendidik dan bersosial tidak perlu dipusingkan.Tidak harus didramatisasi.Tidak boleh dijadikan momok yang
menakutkan. Tidak boleh putus asa yang hanya akan melemahkan diri sendiri.
Selama pikiran dan tenaga sudah berusaha sebaik mungkin, tidak perlu merasa
kalah dan patah dalam menegakan pendidikan. Semuanya itu justru akan melatih
mental dan pikiran sebagai pendidik yang akan menjadi lebih dewasa
Terkait persoalan-persoalan yang beranekaragam
itu, penulis sama sekali tidak menyesali dalam menjalani tugasnya sebagai
pendidik. Sebab disinilah penulis banyak belajar dari segala pengalamannya
sebagai pendidik.Bukan hanya mengajar namun juga belajar banyak dari para
peserta didik.Tentang kesederhanaan dalam menjalani hidup yang selalu nikmati
dengan kecerian.Mungkin itulah yang namanya hidup penuh syukur, selalu
menikmati segala pemberian dari Tuhan.Sekalipun permasalahan selalu meneror
batin pada saat menjalankan pendidikan.Seorang guru harus menghadapinya dengan
sabar.Sebab sabar bagian dari keberanian yang belum tentu dimiliki setiap
orang.Maka sebaik mungkin permasalahan disikapinya dengan bijak. Permasalahan-permasalahan
itu akan datang dari beberapa elemen dalam pendidikan. Yaitu dari
peserta didik, para pendidik, dan dari sistem pendidikannya.Dari tiga elemen
pendidikan itu penggiat atau siapa saja yang peduli pendidikan dapat mengevaluasi
dan merefleksikannya.
Pertama dari diri peserta didiknya yang memiliki
karakter berbeda dengan karakter peserta didik di kota. Disini para siswa
cenderung malas untuk belajar.Apalagi belajar di rumah, mereka seperti tidak
memiliki semangat untuk belajar.Mungkin hal itu pengaruh dari lingkungannya
yang memang kurang mendukung.Baik itu lingkungan keluarga maupun lingkungan
masyarakatnya. Di lingkungan keluarga ini kebanyakan para orang tua
kurang mendudukung dan memotivasi. Kesibukan bekerja di ladang yang mungkin menjadi
alasan.Hal itu menjadi penyebab para orang tua tidak sempat memantau atau
mengingatkan anak-anaknya untuk belajar.Bukan berarti tidak ada orang tua yang
peduli anaknya belajar.Tapi sosok orang tua seperti itu sedikit sekali.
Sedangkan di lingkungan masyarakat, kegiatan
anak-anak kurang mendapat dukungan dan perhatian.Misalnya saja saat pesta
diselengarakan, para siswa tidak dilarang untuk tidak mengikuti hingga larut
malam.Itulah salah satu gambaran kebiasaan anak-anak dan masyarakat di pulau
ini. Bila ada pesta tentu akan larut malam, termasuk anak-anak itu sendiri.
Anak-anak yang statusnya masih pelajar seperti diberi kebebasan waktu.Mereka
para warga seperti memiliki keacuhan dengan tidak memberikan teguran atau
peringatan.Termasuk pemerintah desa itu sendiri yang kurang
mempedulikannya.Sepertinya para siswa benar-benar diberi kebebasan.Padahal
besok harinya masih ada aktivitas sekolah. Mereka para siswa akan tetap
menikmati hingga larut. Baik itu siswa sekolah dasar maupun siswa sekolah
menengah atas.Tidak jarang siswa yang sudah duduk di SMP atau SMA mengkonsumsi
minuman keras pada saat pesta berlangsung.Itulah pemandangan yang ironis pada
generas penerus.Kalaupun tidak ada pesta, mereka selalu dibebaskan bermain di
malam hari.Tentu bermainnya hingga larut.Jadi untuk kegiatan belajar di rumah
jarang dilakukan.Hanya beberapa saja yang mungkin tergolong rajin.Jika
dipresentasi antara yang malas dan rajin tentunya lebih besar presentasi yang
malas.Sedangkan giliran di kelas mereka sulit untuk diarahkan dalam
belajar.Disinilah para guru mengalami dilema menghadapi para siswa.
Masih dalam persoalan yang ada pada diri
siswa.Mereka memiliki karakter yang cukup keras.Mungkin itu terkait dengan
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakatnya.Lingkungan yang keras itu
ternyata secara tidak langsung membentuk karakter yang keras juga.Misalnya
saja, ketika anak melakukan kesalahan, orang tua ataupun guru menghukumnya
dengan tindakan yang keras.Salah satunya dengan tamparan, pukulan, atau dengan
menggunakan sebilah kayu.Sama halnya di masyarakat, tindakan semacam itu selalu
ditemukan.Mungkin itu akibat dari minuman keras yang sering dikonsumsi atau
mungkin pengaruh faktor geografisnya yang selalu menuntutnya untuk keras.
Dampaknya justru akan memperburuk mental dan karakter siswa. Karakter yang
keras dan malas dalam belajar.Fenomena ini benar-benar terjadi.Sungguh
memprihatinkan jika menyaksikannya langsung.Sekaligus menjadi tantangan sendiri
bagi yang sadar dan mengerti tentang konsep pendidikan sebenarnya.
Namun bila bicara kelebihan, mereka para siswa
sangat menghormati seorang guru.Apalagi terhadap guru tamu atau para peserta
SM-3T.Mereka seakan memperlakukan seorang raja. Misalnya saja saat seorang guru
memerlukan bantuan, mereka para siswa dengan senang hati akan membantunya.
Sebaliknya bila seorang guru meminta mengerjakan tugas pelajarannya di sekolah,
mereka akan sangat malas. Inilah yang terkadang menjadi aneh.Mereka seakan
menguji kesabaran seorang guru. Sungguh sangat berbeda dengan mendidik para
siswa di kota. Mereka terkadang memilih untuk dihukum keras daripada
mengerjakan tugas sekolah.Sehingga itu menjadi tantangan tersendiri bagi para
guru SM-3T untuk memperbaiki dan mengarahkan pola pikirnya menjadi lebih baik.
Kedua persoalan dari tenaga
pendidik.Mereka para pendidik seringkali mangkir dari tanggung jawabnya di
sekolah.Sering terlambat kedatangannya. Bahkan sering tidak hadir dengan
alasan-alasannya yang tidak rasional.Apalagi setelah kedatangan para peserta
SM-3T, mereka para guru setempat semakin malas.Sebab jam pelajaran lebih banyak
dibebankan kepada para peserta SM-3T. Sedangkan kepala sekolah juga sama,
memiliki mental kurang baik. Itulah karakter para pendidik yang sering
menyimpang dari aturan sekolah. Aturan-aturan itu seakan hanya dijadikan slogan
dan poster saja. Semuanya hanya menjadi formaslitas semata.Tidak ada
entitas dari aturan yang sudah mereka sepakati.
Sebenarnya prilaku tersebut
sudah tercium dinas pendidikan setempat. Ironisnya tidak ada sikap dan tindakan
tegas dalam menyikapi pelanggaran itu.Selain masalah tanggung jawab, mereka
seringkali melanggar hak asasi atau kode etik sebagai guru.Yaitu, dengan
memberikan hukuman yang berbentuk kekerasan.Baik itu cambukan dengan sebilah
bambu atau tamparan dan tendangan. Hukuman itu akan menjadi hadiah para siswa
yang melanggar. Padahal dirinya sebagai guru sering melanggar tata tertib
sekolah.Aneh dan konyol sekali dilihatnya.Mereka para guru selalu ingin
mendisiplinkan para siswa.Tapi dirinya sendiri tidak disiplin.Itulah yang
menjadikan keironisan dari diri pendidik di pulau ini.Tapi perlu ditegaskan,
tidak semuanya karakter guru disini memiliki karakter keras dan kurang
disiplin.Hanya saja jumlah guru yang benar-benar mengerti pendidikan sedikit
sekali.
Serta yang paling aneh, ada
beberapa guru yang hanya ada di daftar buku kepegawaian.Sementara kehadirnya
tidak pernah terlihat.Kalauppun terlihat hanya beberapa bulan sekali.Yaitu,
pada saat ujian semester.Sungguh itu wajah menyedihkan dari para pelaku
pendidikan. Ditambah lagi yang mungkin sangat konyol, kegiatan minuman keras
dilakukan di kantor sekolah. Mereka yang mengkonsumsi minuman keras itu dengan
tanpa malu menggunakan pakaian seragam guru.Hal itu terjadi hanya beberapa
sekolah saja di pulau ini, termasuk di sekolah tempat penulis bertugas.Itu
benar-benar sebuah tindakan yang sangat tidak beretika.Tidak bermoral dan tidak
mendidik dari seorang pendidik.Apapun alasannya, sebenarnya itu sudah
menciderai wajah pendidikan. Jika alasannya merupakan adat atau budaya,
hal itu tidak masuk dinalar.
Ketiga sistemnya yang memang
sangat mempengaruhi dinamika pendidikan di daerah ini.Sistem pendidikan disini
belum dapat mengawal pendidikan dengan baik.Belum dapat membangun karakter para
pendidik lebih terdidik.Itu diakibatkan dari aspek sistemnya yang memang kurang
baik dan kurang mendukung pendidikan.Kebijakan-kebijakan sistem pendidikan di
daerah ini, justru cenderung lebih membebaskan pelaku-pelaku yang malas dan
tidak taat pada aturan.Seperti lebih memberi kesempatan kepada para pelaku pendidik
yang seringkali tergoda untuk melakukan praktek korupsi, kolusi, dan
nepotisme.Itulah yang mengakibatkan kegagalan dalam melaksanakan tujuan
pendidikan.
Misalnya saja, seperti aturan
pengelolaan dana bos yang seperti dibebaskan dikelola sendiri oleh kepala
sekolah. Kebijakan yang terlalu longgar terhadap para pendidik untuk mengajar
mata pelajaran yang bukan bidangnya, padahal sebenarnya tenaga pendidik banyak
yang bisa diberdayakan di pulau ini.Konsekuensi-konsekuensi yang ada dalam
menegakan pendidikan tidak dijalankan dengan tegas.Jarangnya monitoring yang
dilakukan ke daerah-daerah pelosok, padahal dalam program kerja sudah tentu
ada.Itulah beberapa contoh dari sistem yang sebenarnya memperburuk kondisi
pendidikan.Fenomena itu bukan sebuah dongeng namun kenyataan yang menampar
dunia pendidikan.Akhirnya dengan rasa sedih, pendidikan di pulau ini sebenarnya
sudah kronis.Tapi itu seperti tidak disadarinya oleh para pemegang kebijakan
pendidikan di pulau ini.
Sementara para guru SM-3T tidak
dapat berbuat banyak untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahn
tersebut.Seperti yang dilakukan penulis sebagai pendidik di pulau ini.Hanya
mampu menjalankan kewajibannya sebagai pendidik sebaik mungkin.Mengenai
persoalan karakter para pendidik dan sistemnya yang kurang baik, penulis yang
hanya sebagai guru tamu tidak dapat mengubahnya.Karena tidak memiliki
kewenangan.Namun itu tidak menyurutkan semangat untuk mendidik sebaik mungkin.
Berusaha menjalankan amanat dari pemerintah dalam membangun proses pendidik.
Adapun permasalahan-permaslahan yang ada sudah tentu harus dihadapinya dengan
sabar.Disatu sisi tidak dapat dipungkiri bahwa persoalan dan
ketimpangan-ketimpangan rekan pendidik disini membuat lelah dan jengah.Tapi
kenyataannya tidak dapat berbuat banyak.Maka yang bisa dilakukan para peserta
SM-3T hanyalah bersabar dan berusaha sebaik mungkin.Dengan menanamkan dan
memberikan teladan kepada peserta didik dan kepada para pendidik itu sendiri.
0 Response to "PENGABDIAN DIRI DI UJUNG UTARA NEGERI"
Posting Komentar