BACALAH DENGAN NAMA TUHANMU

PENGABDIAN DIRI DI UJUNG UTARA NEGERI




Bila pengabdian diri merupakan perjalanan sebuah rasa. Maka setiap jalan yang berkelok, jalan yang lurus, jalan yang menurun, dan jalan yang terjal akan terasa sempurna sekali.  Segala bentuk dan segala warna dari perjalanan rasa itu akan terasa nikmat, bila dilandasi dengan keikhlasan. Begitu pula dalam mengabdikan diri di sebuah pulau paling Utara Sulawesi.Kesempurnaan dari perjalanan dapat ditemui dan dinikmatinya sepanjang masa, sepanjang kita dapat mengenangnya. Sehingga segala yang terserap dan tercecap dalam diri dapat dibagi dan digali demi sebuah nama kemanusiaan. Pernyataan tersebut bukanlah berlebihan, namun jiwa yang penuh cahaya akan mengerti dan menghargai betapa kehidupan penuh dengan kesempurnaan. Bukan dari sesuatu yang mewah, tapi justru dari sebuah kesederhanan manusia dan daerahnya.Inilah jamrud khatulistiwa yang sebenarnya sangat istimewa.Dari segala kesederhanaan itu keistimewaan pengalaman dapat diserapnya menjadi sesuatu yang indah.
Salah satu kesederhanan yang istimewa itu dapat ditemui di daerah penugasan.Dari sanalah pelajaran hidup yang penuh nilai, penuh kesan dan pesan kemanusian dapat diserap.Tentunya perjalanan sebagai pendidik itu tidak dapat terhindar dari berbagai permasalahan yang harus dihadapi.Serta harus diselesaikan secara dewasa dan profesional sebagaimana jiwa pendidik.Namun berbagai persoalan itu bukan persoalan yang datang dari sekolah saja. Tetapi berbagai persoalan akan datang dari luar tanggung jawab di sekolah. Persoalan-persoalan tersebut akan hadir dengan sendirinya di luar jam sebagai pendidik. Pastinya permasalahan yang ada dalam kehidupan bermasyarakat.Dimana sebagai pendatang dituntut untuk dapat beradaptasi dan bersosial dengan lingkungan setempat.Seperti masalah adat istiadat, budaya, dan kepercayaan.Namun dari perbedaan-perbedaan itulah diri penulis belajar banyak.Tentang segala hal yang ada di tempat penugasan.Baik itu mengenai budaya maupun mengenai pendidikan.
Pengalaman-pengalaman itu layaknya sebuah lembaran buku yang sangat tebal. Semakin tebal pengalaman itu dibaca, pengetahuan kehidupan akan semakin kaya. Terutama pengetahuan dalam kehidupan pendidikan dan kehidupan bermasyarakat.Seperti juga penulis yang ditempatkan di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal mendapatkan banyak pengetahuan yang sangat berharga.Tepatnya di desa Ensem, kecamatan Essang selatan, kabupaten Kepulauan Talaud.Di pulau kecil inilah penulis melaksanakan tugasnya sebagai guru.Yaitu di SDK PETRA ENSEM.Tapi di luar sebagai pendidik, tuntutan sosial sudah tentu menjadi tanggung jawab yang mesti dijalani.Salah satunya harus mampu beradaptasi dan bersosial dengan lingkungan sekitarnya.Baik dengan para warga maupun dengan para siswa.Sehingga itu menjadi sangat berkesan dan berharga bagi perjalaan penulis yang bertugas selama satu tahun.
Waktu yang tidak lama itu sebenarnya tidak cukup untuk mengetahui segala budaya di pulau Talaud. Pulau yang memiliki sebutan “ Tanah Porodisa “ ini paling tidak sudah memberikan  pengalaman istimewa yang tidak mungkin dilupakan sepanjang hidup. Hal itu tentu tidak akan ditemukan di bangku kelas. Terutama pengalaman sebagai pendidik yang memiliki tanggung jawab besar.Baik itu di sekolah maupun di luar sekolah.Karena tanggung jawab tidak seperti lencana yang dapat dilepas begitu saja setelah pulang dari sekolah. Tanggung jawab itu akan selalu melekat pada diri pendidik dimanapun berada.
Maka dari itu memegang tanggung jawab sebagai guru atau pendidik bukanlah persoalan yang mudah.Kemanapun seorang pendidik harus dapat menjadi contoh atau model bagi siswanya.Serta menjadi teladan bagi masyarakat umum.Terutama saat bertugas di daerah yang kehidupannya masih kental dengan kearifan lokal.Masih menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dari leluhurnya. Sedikit kesalahan saja akan menjadi aib di sepanjang waktu. Itulah salah satu sanksi moral yang menjadi konsekuensinya.
Hal itu menjadi beban moral bagi seorang guru.Karena dalam pandangan masyarakat daerah seorang guru dianggap sebagai individu luhur, intelektual, dan berintegrasi.Dari situlah seorang guru dituntut untuk lebih progresif dan lebih maju dalam bidang ilmu pengetahuan. Walaupun  pada kenyataannya seorang guru sama seperti masyarakat umumnya, memiliki kekurangan dan kelebihannya sebagai manusia. Maka dari itu seorang guru harus terus belajar.Harus terus berusaha memberikan yang terbaik.Sebab tanggung jawab guru tidak hanya di sekolah.  Namun juga memiliki tanggung jawab di luar sekolah.Yaitu, memberikan kontribusi bagi kemajuan suatu daerah dalam membentuk karakter manusianya.
Sebagai figur yang memikul tanggung jawab cukup besar.Seorang guru mesti berhati-hati dalam bersikap dan bertindak.Apalagi daerah yang ditempati merupakan daerah yang masih memegang teguh adat istiadatnya.Jadi seorang guru mesti cerdas dalam bersikap dan bertindak.Harus mampu menghadapi persoalan-persoalan yang datang dari dalam maupun dari luar sekolah.Harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan setempat.Sebaliknya jika seorang guru tidak mampu menghadapi berbagai persoalan dan tidak dapat memberikan contoh yang baik, seorang guru harus siap menerima konsekuensinya. Pastinya sanksi moral akan diterimanya. Apalagi menjadi seorang guru tamu dianggap dan diisukan memiliki kompetensi dan keintelektualan yang lebih baik dibandingkan guru setempat.Itulah yang menjadi beban berat bagi para peserta SM-3T.
Tapi persoalan-persoalan tersebut tidak harus menjadi beban yang menakutkan.Justru dari persoalan-persoalan itu seorang guru dapat mengambil pelajaran.Menghadapinya dengan berani.Menyelesaikannya dengan penuh kesabaran dan kejujuran.Kalaupun masih ada yang memberikan stigma atau kekurangan dalam mendidik dan bersosial tidak perlu dipusingkan.Tidak harus didramatisasi.Tidak boleh dijadikan momok yang menakutkan. Tidak boleh putus asa yang hanya akan melemahkan diri sendiri. Selama pikiran dan tenaga sudah berusaha sebaik mungkin, tidak perlu merasa kalah dan patah dalam menegakan pendidikan. Semuanya itu justru akan melatih mental dan pikiran sebagai pendidik yang akan menjadi lebih dewasa
Terkait persoalan-persoalan yang beranekaragam itu, penulis sama sekali tidak menyesali dalam menjalani tugasnya sebagai pendidik. Sebab disinilah penulis banyak belajar dari segala pengalamannya sebagai pendidik.Bukan hanya mengajar namun juga belajar banyak dari para peserta didik.Tentang kesederhanaan dalam menjalani hidup yang selalu nikmati dengan kecerian.Mungkin itulah yang namanya hidup penuh syukur, selalu menikmati segala pemberian dari Tuhan.Sekalipun permasalahan selalu meneror batin pada saat menjalankan pendidikan.Seorang guru harus menghadapinya dengan sabar.Sebab sabar bagian dari keberanian yang belum tentu dimiliki setiap orang.Maka sebaik mungkin permasalahan disikapinya dengan bijak.  Permasalahan-permasalahan  itu  akan datang dari  beberapa elemen dalam pendidikan. Yaitu dari peserta didik, para pendidik, dan dari sistem pendidikannya.Dari tiga elemen pendidikan itu penggiat atau siapa saja yang peduli pendidikan dapat mengevaluasi dan merefleksikannya.
Pertama dari diri peserta didiknya yang memiliki karakter berbeda dengan karakter peserta didik di kota. Disini para siswa cenderung malas untuk belajar.Apalagi belajar di rumah, mereka seperti tidak memiliki semangat untuk belajar.Mungkin hal itu pengaruh dari lingkungannya yang memang kurang mendukung.Baik itu lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakatnya. Di  lingkungan keluarga ini kebanyakan para orang tua kurang mendudukung dan memotivasi. Kesibukan bekerja di ladang yang mungkin menjadi alasan.Hal itu menjadi penyebab para orang tua tidak sempat memantau atau mengingatkan anak-anaknya untuk belajar.Bukan berarti tidak ada orang tua yang peduli anaknya belajar.Tapi sosok orang tua seperti itu sedikit sekali.
Sedangkan di lingkungan masyarakat, kegiatan anak-anak kurang mendapat dukungan dan perhatian.Misalnya saja saat pesta diselengarakan, para siswa tidak dilarang untuk tidak mengikuti hingga larut malam.Itulah salah satu gambaran kebiasaan anak-anak dan masyarakat di pulau ini. Bila ada pesta tentu akan larut malam, termasuk anak-anak itu sendiri. Anak-anak yang statusnya masih pelajar seperti diberi kebebasan waktu.Mereka para warga seperti memiliki keacuhan dengan tidak memberikan teguran atau peringatan.Termasuk pemerintah desa itu sendiri yang kurang mempedulikannya.Sepertinya para siswa benar-benar diberi kebebasan.Padahal besok harinya masih ada aktivitas sekolah. Mereka para siswa akan tetap menikmati hingga larut. Baik itu siswa sekolah dasar maupun siswa sekolah menengah atas.Tidak jarang siswa yang sudah duduk di SMP atau SMA mengkonsumsi minuman keras pada saat pesta berlangsung.Itulah pemandangan yang ironis pada generas penerus.Kalaupun tidak ada pesta, mereka selalu dibebaskan bermain di malam hari.Tentu bermainnya hingga larut.Jadi untuk kegiatan belajar di rumah jarang dilakukan.Hanya beberapa saja yang mungkin tergolong rajin.Jika dipresentasi antara yang malas dan rajin tentunya lebih besar presentasi yang malas.Sedangkan giliran di kelas mereka sulit untuk diarahkan dalam belajar.Disinilah para guru mengalami dilema menghadapi para siswa.
Masih dalam persoalan yang ada pada diri siswa.Mereka memiliki karakter yang cukup keras.Mungkin itu terkait dengan lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakatnya.Lingkungan yang keras itu ternyata secara tidak langsung membentuk karakter yang keras juga.Misalnya saja, ketika anak melakukan kesalahan, orang tua ataupun guru menghukumnya dengan tindakan yang keras.Salah satunya dengan tamparan, pukulan, atau dengan menggunakan sebilah kayu.Sama halnya di masyarakat, tindakan semacam itu selalu ditemukan.Mungkin itu akibat dari minuman keras yang sering dikonsumsi atau mungkin pengaruh faktor geografisnya yang selalu menuntutnya untuk keras.  Dampaknya justru akan memperburuk mental dan karakter siswa. Karakter yang keras dan malas dalam belajar.Fenomena ini benar-benar terjadi.Sungguh memprihatinkan jika menyaksikannya langsung.Sekaligus menjadi tantangan sendiri bagi yang sadar dan mengerti tentang konsep pendidikan sebenarnya.
Namun bila bicara kelebihan, mereka para siswa sangat menghormati seorang guru.Apalagi terhadap guru tamu atau para peserta SM-3T.Mereka seakan memperlakukan seorang raja. Misalnya saja saat seorang guru memerlukan bantuan, mereka para siswa dengan senang hati akan membantunya. Sebaliknya bila seorang guru meminta mengerjakan tugas pelajarannya di sekolah, mereka akan sangat malas. Inilah yang terkadang menjadi aneh.Mereka seakan menguji kesabaran seorang guru. Sungguh sangat berbeda dengan mendidik para siswa di kota. Mereka terkadang memilih untuk dihukum keras daripada mengerjakan tugas sekolah.Sehingga itu menjadi tantangan tersendiri bagi para guru SM-3T untuk memperbaiki dan mengarahkan pola pikirnya menjadi lebih baik.
Kedua persoalan dari tenaga pendidik.Mereka para pendidik seringkali mangkir dari tanggung jawabnya di sekolah.Sering terlambat kedatangannya.  Bahkan sering tidak hadir dengan alasan-alasannya yang tidak rasional.Apalagi setelah kedatangan para peserta SM-3T, mereka para guru setempat semakin malas.Sebab jam pelajaran lebih banyak dibebankan kepada para peserta SM-3T. Sedangkan kepala sekolah juga sama, memiliki mental kurang baik. Itulah karakter para pendidik yang sering menyimpang dari aturan sekolah. Aturan-aturan itu seakan hanya dijadikan slogan dan  poster saja. Semuanya hanya menjadi formaslitas semata.Tidak ada entitas dari aturan yang sudah mereka sepakati.
Sebenarnya prilaku tersebut sudah tercium dinas pendidikan setempat. Ironisnya tidak ada sikap dan tindakan tegas dalam menyikapi pelanggaran itu.Selain masalah tanggung jawab, mereka seringkali melanggar hak asasi atau kode etik sebagai guru.Yaitu, dengan memberikan hukuman yang berbentuk kekerasan.Baik itu cambukan dengan sebilah bambu atau tamparan dan tendangan. Hukuman itu akan menjadi hadiah para siswa yang melanggar. Padahal dirinya sebagai guru sering melanggar tata tertib sekolah.Aneh dan konyol sekali dilihatnya.Mereka para guru selalu ingin mendisiplinkan para siswa.Tapi dirinya sendiri tidak disiplin.Itulah yang menjadikan keironisan dari diri pendidik di pulau ini.Tapi perlu ditegaskan, tidak semuanya karakter guru disini memiliki karakter keras dan kurang disiplin.Hanya saja jumlah guru yang benar-benar mengerti pendidikan sedikit sekali.
Serta yang paling aneh, ada beberapa guru yang hanya ada di daftar buku kepegawaian.Sementara kehadirnya tidak pernah terlihat.Kalauppun terlihat hanya beberapa bulan sekali.Yaitu, pada saat ujian semester.Sungguh itu wajah menyedihkan dari para pelaku pendidikan. Ditambah lagi yang mungkin sangat konyol, kegiatan minuman keras dilakukan di kantor sekolah. Mereka yang mengkonsumsi minuman keras itu dengan tanpa malu menggunakan pakaian seragam guru.Hal itu terjadi hanya beberapa sekolah saja di pulau ini, termasuk di sekolah tempat penulis bertugas.Itu benar-benar sebuah tindakan yang sangat tidak beretika.Tidak bermoral dan tidak mendidik dari seorang pendidik.Apapun alasannya, sebenarnya itu sudah menciderai wajah pendidikan. Jika alasannya merupakan adat atau budaya,  hal itu tidak masuk dinalar.
Ketiga sistemnya yang memang sangat mempengaruhi dinamika pendidikan di daerah ini.Sistem pendidikan disini belum dapat mengawal pendidikan dengan baik.Belum dapat membangun karakter para pendidik lebih terdidik.Itu diakibatkan dari aspek sistemnya yang memang kurang baik dan kurang mendukung pendidikan.Kebijakan-kebijakan sistem pendidikan di daerah ini, justru cenderung lebih membebaskan pelaku-pelaku yang malas dan tidak taat pada aturan.Seperti lebih memberi kesempatan kepada para pelaku pendidik yang seringkali tergoda untuk melakukan praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme.Itulah yang mengakibatkan kegagalan dalam melaksanakan tujuan pendidikan.
Misalnya saja, seperti aturan pengelolaan  dana bos yang seperti dibebaskan dikelola sendiri oleh kepala sekolah. Kebijakan yang terlalu longgar terhadap para pendidik untuk mengajar mata pelajaran yang bukan bidangnya, padahal sebenarnya tenaga pendidik banyak yang bisa diberdayakan di pulau ini.Konsekuensi-konsekuensi yang ada dalam menegakan pendidikan tidak dijalankan dengan tegas.Jarangnya monitoring yang dilakukan ke daerah-daerah pelosok, padahal dalam program kerja sudah tentu ada.Itulah beberapa contoh dari sistem yang sebenarnya memperburuk kondisi pendidikan.Fenomena itu bukan sebuah dongeng namun kenyataan yang menampar dunia pendidikan.Akhirnya dengan rasa sedih, pendidikan di pulau ini sebenarnya sudah kronis.Tapi itu seperti tidak disadarinya oleh para pemegang kebijakan pendidikan di pulau ini.
Sementara para guru SM-3T tidak dapat berbuat banyak untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahn tersebut.Seperti yang dilakukan penulis sebagai pendidik di pulau ini.Hanya mampu menjalankan kewajibannya sebagai pendidik sebaik mungkin.Mengenai persoalan karakter para pendidik dan sistemnya yang kurang baik, penulis yang hanya sebagai guru tamu tidak dapat mengubahnya.Karena tidak memiliki kewenangan.Namun itu tidak menyurutkan semangat untuk mendidik sebaik mungkin. Berusaha menjalankan amanat dari pemerintah dalam membangun proses pendidik. Adapun permasalahan-permaslahan yang ada sudah tentu harus dihadapinya dengan sabar.Disatu sisi tidak dapat dipungkiri bahwa persoalan dan ketimpangan-ketimpangan rekan pendidik disini membuat lelah dan jengah.Tapi kenyataannya tidak dapat berbuat banyak.Maka yang bisa dilakukan para peserta SM-3T hanyalah bersabar dan berusaha sebaik mungkin.Dengan menanamkan dan memberikan teladan kepada peserta didik dan kepada para pendidik itu sendiri.

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "PENGABDIAN DIRI DI UJUNG UTARA NEGERI"

Posting Komentar